Tulus (penyanyi)
Tulus | |
---|---|
Lahir | Muhammad Tulus 20 Agustus 1987 Bukittinggi, Sumatera Barat, Indonesia |
Almamater | Universitas Katolik Parahyangan |
Pekerjaan | |
Tahun aktif | 2011—sekarang |
Karya | |
Tinggi | 186 cm (6 ft 1 in)[1] |
Penghargaan | Daftar penghargaan |
Karier musik | |
Genre | |
Instrumen | Vokal |
Label | TulusCompany |
Situs web | situstulus |
Tanda tangan | |
Muhammad Tulus, S.Ars (lahir 20 Agustus 1987) adalah penyanyi-penulis lagu berkebangsaan Indonesia. Tulus memulai karier profesionalnya sejak tahun 2011 melalui label rekaman independen Tulus Company yang didirikannya. Hampir semua karya musik yang dirilisnya adalah hasil karya ciptanya sendiri. Sepanjang kariernya, Tulus telah menerima berbagai penghargaan musik termasuk 17 Anugerah Musik Indonesia.
Tulus memulai debut di industri musik dengan merilis album studio Tulus pada 28 September 2011 yang dirilis bersamaan dengan pertunjukan konser pertamanya, “Tulus: An Introduction”. Cetakan pertamanya berjumlah 1.000 keping CD terjual habis pada saat konser tersebut. Rolling Stone Indonesia menobatkan Tulus sebagai Editor's Choice: Rookie of the Year tahun 2013.
Tulus mendapatkan terobosan karier setelah merilis album studio keduanya, Gajah dirilis pada 19 Februari 2014. Dua bulan setelah album dirilis, Gajah terjual sebanyak 60.000 keping CD, menjadikannya sebagai musisi dengan penjualan album tertinggi melalui Demajors. Di pasar album digital, Gajah merupakan satu-satunya album berbahasa Indonesia yang menduduki 10 penjualan album terbaik versi iTunes Asia. Dalam kurun setahun, Gajah terjual sebanyak 87 ribu keping. Gajah turut membawa Tulus memenangkan 5 penghargaan dalam Anugerah Musik Indonesia 2015 termasuk sebagai Album Terbaik-Terbaik. Kesuksesan tersebut kembali diraihnya berkat album ketiganya, Monokrom yang juga memenangkan 5 penghargaan Anugerah Musik Indonesia.
Merayakan sepuluh tahun di industri musik Indonesia, Tulus merilis album studio keempatnya, Manusia pada 3 Maret 2022. Album tersebut mendapatkan raihan positif dengan pencapaian sebagai album yang paling sering didengarkan di Spotify Indonesia sepanjang tahun 2022. Lagu "Hati-Hati di Jalan" dalam album Manusia berhasil memecahkan berbagai rekor tangga lagu platform musik digital. "Hati-Hati di Jalan" berhasil masuk ke tiga tangga lagu Billboard yaitu " Indonesia Songs", "Billboard Global 200", dan "Billboard Global Excl. US". Tulus merupakan musisi Indonesia dengan lagu berlirik bahasa Indonesia pertama yang tembus "Billboard Global 200". "Hati-Hati di Jalan" juga memuncaki tangga lagu "Indonesia Songs" selama 12 pekan berturut-turut.
Tulus merupakan musisi Indonesia pertama yang berhasil meraih 1 juta pengikut di Spotify pada 2019.[21] Ia juga musisi Indonesia dengan pengikut terbanyak di Spotify dengan 13,5 juta pengikut.[22] Dalam Wrapped yang diluncurkan oleh Spotify sejak tahun 2016, Tulus telah dinobatkan sebagai Artis Indonesia Terpopuler sebanyak empat kali yakni pada 2016,[23] 2017,[24] 2019,[25] dan 2022.[26] Total streaming Tulus di platform tersebut telah mencapai lebih dari 2 miliar pemutaran, menjadikannya sebagai artis lokal terlaris yang berbasis di Indonesia.[27]
Tulus juga memiliki tradisi dalam berkarier dengan mengadakan konser secara berkala. Ia telah menggelar berbagai pertunjukan langsung termasuk 2 tur konser dan 8 konser tunggal. Baginya konser adalah galeri sebagai sajian visual untuk karyanya.[28]
Kehidupan awal dan pendidikan
Muhammad Tulus lahir pada 20 Agustus 1987 di Kota Bukittinggi, Sumatera Barat. Ia merupakan anak bungsu dari tiga bersaudara. Ayahnya bekerja sebagai kontraktor, sedangkan ibunya berjualan kaset musik.[29] Tulus memiliki seorang kakak perempuan bernama Pinta Rahmadani[30] dan kakak laki-laki bernama Riri Muktamar–yang juga bertindak sebagai produser eksekutifnya.[31] Tulus lahir dari keluarga Minangkabau[32] serta penganut agama Islam.[33]
Tulus diberi nama yang unik yang merupakan doa dari ibunya. Nama depannya, Muhammad merupakan nabi dan rasul dalam Islam yang menjadi panutan dengan akhlak sempurna. Tulus memiliki makna luas dengan konotasinya bersinggungan dengan hal positif supaya ia tumbuh sebagai pribadi yang positif.[2] Semasa kecil Tulus kerap mendapatkan celaan fisik dari teman-temannya yang memanggilnya dengan sebutan “kerbau”, “gapuak” (gemuk), “gajah”, dan “gajah bengkak” karena memiliki ukuran tubuh lebih besar dibanding yang lainnya.[34][35]
Tulus menghabiskan masa TK hingga SMP di Bukittinggi. Tulus telah dikenalkan dengan musik sejak kecil. Sewaktu kecil, setiap sebelum tidur sang ibu rutin bernyanyi lagu-lagu milik Broery Marantika dan Rinto Harahap untuk Tulus. Secara tidak langsung hal itu memengaruhi alam bawah sadarnya.[36]. Usaha toko elektronik yang dimiliki sang ibu juga berperan atas kecintaan Tulus terhadap musik. Ia selalu membuka bungkus kaset dan mendengar tiap kaset yang dijual ibunya.[8] Tulus menyadari bahwa memiliki bakat dalam dunia tarik suara saat duduk di bangku kelas 5 SD. Saat itu, ia dipaksa tampil oleh guru keseniannya, Nur. Tulus menyanyikan lagu "Ayah" dari The Mercy's ciptaan Rinto Harahap dengan diiringi permainan gitar oleh gurunya.[8] Sang guru menyadari bakat menyanyi Tulus sehingga mendorongnya untuk menjadi penyanyi.[37][38][39] Adapun semasa SD, guru les privat matematikanya ketika mengajar ke rumah seringkali mendengarkan lagu-lagu milik Chrisye yang kemudian membuatnya turut menggemari Chrisye.[11] Berbagai hal tersebut perlahan mulai membentuk citra dasar dari Tulus dalam bermusik. Kecintaan terhadap musik pun membuatnya mengoleksi CD sejak duduk di bangku kelas 2 SMP.[40][41] Pada tahun 2001, semasa duduk di bangku kelas 2 SMP, Tulus menyaksikan konser Chrisye yang diiringi aransemen musik Erwin Gutawa di Padang. Hal tersebut kemudian memotivasinya untuk menjadi penyanyi profesional.[42][43]
Memasuki masa SMA, Tulus bersama orang tuanya pindah ke Kota Bandung. Mereka menyusul kakak-kakak Tulus yang lebih dulu bermukim di sana untuk kuliah. Ia masuk ke SMA PGII 1 Bandung. Saat SMA, Tulus yang juga memiliki bakat menggambar sejak kecil[44] bercita-cita untuk jadi arsitek. Pada saat yang sama, keluarganya ingin Tulus menjadi dokter, tetapi nilai pelajaran kimia Tulus yang kurang baik memutus keinginan keluarganya.[11] Tulus mengenyam pendidikan perguruan tinggi di Universitas Katolik Parahyangan jenjang S-1 program studi Arsitektur. Ia memulai studinya pada tahun 2005.[45]
Tulus tak pernah mendapatkan pendidikan formal dalam bidang musik.[46] Ia pernah mengikuti kursus vokal, tetapi setelah satu pekan ia memutuskan berhenti karena tak merasa nyaman. Ia mempelajari teknik vokal secara otodidak dengan menjalani latihan pernapasan yang ia pelajari lewat situs YouTube.[47] Tulus juga tidak bisa memainkan instrumen musik. Tulus pernah mempelajari instrumen gitar dan piano, tetapi oleh gurunya, Tulus dinilai tak memiliki bakat yang mumpuni untuk menjadi seorang pemain instrumen musik.[48] Talenta musik diperolehnya karena ia sering mendengarkan lagu dari kaset yang dikoleksinya.[46]
Tulus mengaku mulai memahami dan menikmati musik di masa kuliah. Musisi yang ia gemari di antaranya Amy Winehouse, Mark Ronson, Macy Gray, sampai Frank Sinatra. Memasuki tahun ketiga kuliah, Tulus pertama kalinya menulis lagu setelah diajari seorang teman, Ardra Tedja[49] yang memuji suara Tulus kemudian mengajarinya menulis lagu.[11] Karena tidak bisa menggunakan alat musik, Tulus menulis melodi dengan intuisi.[47] Untuk lirik lagu, ia mengambil contoh dari pantun dan perumpamaan yang dipengaruhi bentuk puisi lama di Minangkabau.[11][50] Ketika menjalani masa kuliahnya, Tulus bergabung pada sebuah grup musik bernama Sikuai Band.[46][51] Kemudian di masa akhir kuliah, Tulus bergabung dalam sebuah komunitas musik jazz yang ada di Bandung bernama Klab Jazz. Di klub tersebut, ia bernyanyi dan mendapat apresiasi. Sejak saat itu ia membulatkan tekadnya untuk menjadi penyanyi.[11]
Memasuki masa akhir kuliah ketika menjalani studi akhir arsitektur, Tulus merancang Bandung Art Exchange–pusat perdagangan barang-barang seni Bandung. Sedangkan skripsinya berisi tentang pendataan bangunan tradisional Minangkabau dengan objek skripsinya Rumah Gadang Datuak Bandaro Kuniang, di kota Batu Sangkar, Sumatera Barat.[52] Tulus menyelesaikan studinya pada tahun 2009.[45] Tulus mengaku bahwa lulus kuliah merupakan syarat dari ibunya untuk memasuki dunia musik.[53]
Karier
2011–2013: Tulus dan awal karier
Di masa akhir kuliah, Tulus dibantu Ari Renaldi sebagai produser[44] membuat demo rekaman dari hasil menyisihkan uang jajan selama satu setengah tahun[54], tetapi ditolak lebih dari 5 label rekaman.[3] Akhirnya, Tulus memutuskan jalur independen sebagai media untuk menyebarkan musiknya. Dengan dibantu sang kakak, Riri, Tulus dan Ari mendirikan label rekaman TulusCompany pada tahun 2010.[55] Di label tersebut, Ari bertindak sebagai produser untuk semua karya Tulus,[56] sedangkan Riri bertindak sebagai produser eksekutifnya.[57]
Tulus merilis album perdananya, Tulus pada tanggal 28 September 2011 yang dirilis bersamaan dengan konser pertamanya, “Tulus: An Introduction” di Auditorium Centre Culturel Francais (sekarang IFI) Bandung. Tiket konser terjual habis dalam waktu dua minggu sebelum konser. Tulus terdiri dari 10 trek lagu yang diciptakan sendiri oleh Tulus. Ia bersama timnya mengerjakan album tersebut dalam kurun waktu setahun. Cetakan pertamanya berjumlah 1000 keping CD terjual habis pada saat konser pertama tersebut dilangsungkan.[6][7] Lagu-lagunya seperti "Sewindu", "Teman Hidup", "Kisah Sebentar", "Tuan Nona Kesepian", dan "Jatuh Cinta", merajai tangga lagu di sejumlah radio Indonesia.[58]
Tulus menggelar konser keduanya, Tulus: Beyond Sincere di Gedung Kesenian Jakarta pada 25 Mei 2012, dan dilanjutkan konser ketiganya bertajuk Konser Diorama pada 9 Mei 2013 di Teater Tertutup Dago Tea House Bandung.[59] Pada 26 Oktober 2013, Tulus diundang oleh Perhimpunan Pelajar Indonesia di Hamburg, Jerman untuk menjadi penampil penutup dalam acara "Sounds of Indonesia" yang bertajuk "From Tradition to Modernity" di Friedrich-Ebert-Halle, Hamburg.[60]
2014–2015: Gajah dan terobosan musik
Album keduanya, Gajah dirilis pada 19 Februari 2014 dengan singel utamanya bertajuk "Sepatu" yang dirilis secara komersial melalui iTunes mulai 22 Agustus 2013. Gajah adalah panggilan Tulus waktu kecil karena badannya yang besar. Ia memilih Gajah menjadi nama album untuk menandakan Tulus telah siap lebih terbuka kepada pendengar untuk bercerita soal kehidupannya. Album Gajah berisi sembilan lagu yang ia ciptakan sendiri dengan dibantu oleh Ari Renaldi dalam menggubah lagu. Gajah diluncurkan dalam bentuk digital melalui iTunes dan rilisan fisik berupa CD. Tulus mengaku bahwa ada beberapa label mayor yang menawarkan kerja sama tetapi tawaran itu ia tolak. Untuk memproduksi dan mendistribusikan cakram digital album Gajah, ia tetap memilih bekerja sama dengan Demajors–label yang dikenal sebagai label yang memproduksi cakram musikus independen, yang juga mendistribusikan album Tulus. Untuk interval pertama, Demajors mencetak 5.000 keping cakram Gajah.[9] Sebanyak 30.000 keping CD diproduksi dalam kurun waktu hanya 15 hari setelah album ini dilepas ke publik. Dua bulan setelah dirilis, album Gajah mencatat angka 60.000 kopi dalam hal total produksi. Album tersebut menjadi album dengan penjualan tertinggi melalui Demajors–mengungguli Endah N Rhesa dengan penjualan per albumnya mencapai sekitar 20.000 sampai 30.000 kopi.[11][61] Di pasar album digital, Gajah merupakan satu-satunya album berbahasa Indonesia yang menduduki 10 penjualan album terbaik versi iTunes Asia.[12][13]
Mengiringi peluncuran album keduanya pada, Tulus mengadakan rangkaian konser tunggal yang bertajuk Konser Gajah di tiga kota yang berbeda, yaitu pada tanggal 25 September 2014 di Sasana Budaya Ganesha Bandung, 2 Desember 2014 di Balai Kartini Kartika Expo Jakarta, dan 21 Maret 2015 di Grand Pasific Hall Yogyakarta.[62]
Pada Februari 2015, CD album Gajah terjual sebanyak 87 ribu kopi, sedangkan album Tulus terjual sebanyak 37 ribu kopi yang mana penjualan album pertama terdongkrak setelah album Gajah.[63]
Berkat album Gajah, Tulus mendapatkan 9 nominasi dalam Anugerah Musik Indonesia 2015 dan berhasil memenangkan 5 penghargaan di antaranya Album Terbaik-Terbaik dan Album Pop Terbaik, Artis Solo Pria Pop Terbaik dan Karya Produksi Terbaik-Terbaik-Terbaik untuk lagu "Jangan Cintai Aku Apa Adanya", serta Pencipta Lagu Pop Terbaik untuk lagu "Gajah".[15][64]
Setelah merilis 2 kantung album, Tulus masuk ke pasar internasional dengan merilis lagu "Sepatu" di Jepang via iTunes pada 10 Oktober 2015. Lagu dari album Gajah tersebut diterjemahkan menjadi "Kutsu" (セパトゥ〜くつ〜), bahasa Jepang untuk sepatu. Tulus turut dibantu oleh Hiroaki Kato–seniman Jepang yang tinggal di Indonesia, untuk menerjemahkan lirik "Sepatu" ke dalam bahasa Jepang.[65][66]
2016: Monokrom
Setelah merilis singel "Pamit" dan "Ruang Sendiri", Tulus meluncurkan album studio ketiganya, Monokrom pada 3 Agustus 2016. Tulus menyebut album ini sebagai "ungkapan terima kasih termerdu" untuk berbagai pihak dalam perjalanan hidup dan musiknya.[67] Monokrom terdiri dari 10 trek lagu.[68] Dalam album ini, Tulus melakukan berbagai eksplorasi musik. Ia menyajikan lirik-lirik yang lebih spesifik dalam lagu-lagunya.[69][70] Untuk pertama kalinya, Tulus bersama sang produser, Ari Renaldi menulis lagu bersama pada beberapa nomor. Eksplorasi lain juga dilakukan dengan merekam detail aransemen string section untuk lima lagu, dalam The City of Prague Philharmonic Orchestra, Republik Ceko.[71] Selain di rilis dalam format reguler berupa digital dan fisik (CD), Monokrom juga memiliki cetakan khusus dirilis dengan jumlah terbatas yang dijual di situs resmi Tulus.[72] Tulus pun turut mengeluarkan album dengan berekspansi di Malaysia dengan menggandeng Shiraz Projects sebagai perwakilan dari labelnya.[73]
2016–2018: Karier pasca Monokrom
Tulus dipercaya sebagai juri/mentor dalam ajang pencarian bakat menyanyi, The Voice Kids Indonesia musim pertama yang disiarkan di stasiun televisi Global TV sejak 26 Agustus 2016 bersanding dengan Agnez Mo dan Bebi Romeo.[74] Tulus berhasil mengantarkan dua kontestan yang tergabung dalam timnya, Christoper Edgar meraih gelar juara serta Raja Giannuca di posisi kedua.[75] Tulus kembali menerima tawaran menjadi juri The Voice Kids Indonesia untuk musim kedua yang disiarkan pada 7 September 2017.[76][77] Di musim ini, anak didiknya, Anggis Devaki menempati posisi kedua.[78]
Untuk pertama kalinya, Tulus menggelar konser tunggal di luar negeri bertajuk “Tulus Live at Social Hall-The Regency San Francisco” pada 1 Oktober 2016 di Bay Area, San Francisco. Tulus merupakan musisi Indonesia pertama yang tampil di Bay Area.[79][80] Keberangkatan Tulus merupakan bagian dari acara Creativepreneur Talk 2016. Creativepreneur Event Creator yang kerap menggelar berbagai acara yang menginspirasi anak muda, menyelenggarakan konser tersebut bekerja sama dengan Anak Negeri Production, Permias San Fransisco Bay Area dan Permias Academy of Art University.[81] Tulus dipilih karena kiprahnya yang bukan hanya sebagai musisi, tetapi juga pengusaha muda dengan merintis perusahaannya di bidang industri seni kreatif, TulusCompany. Keberangkatannya ke San Francisco juga menjadi salah satu bagian dari promo perilisan album Monokrom.[82] Tiket konser tersebut dijual dalam dua kategori yaitu duduk dan berdiri. Sebanyak 500 tiket terjual, dari total kapasitas 800.[83] Konser tersebut juga dihadirkan secara siaran langsung melalui Vidio.[84][85]
Tulus didaulat sebagai pembuka dalam festival musik berskala internasional, World Music Festival di Hamamatsu, Jepang pada 3 November 2016. Acara ini menjadi kali ketiga Tulus tampil di Hamamatsu. Sebelumnya, ia pernah tampil di Hamazo 10th Festival pada Oktober 2015 dan Asia Music Festival 2016 pada Mei 2016.[86]
Tulus berkolaborasi dengan fotografer Indonesia, Adhitya Himawan menggelar pameran fotografi bertajuk Manusia Kuat yang penamaanya diambil dari judul lagu di albumnya, Monokrom. Pameran tersebut diadakan di Dia.lo.gue Artspace, Kemang, Jakarta Selatan dari tanggal 23 Mei hingga 11 Juni 2017. Dalam pameran tersebut, Tulus membingkai potret 13 sosok yang ia sebut Manusia Kuat serta menceritakan pencapaian yang diraih hingga memiliki dampak besar di antaranya adalah Muhamad Alfatih Timur, pencipta situs kitabisa.com, Butet Manurung, pendiri Sokola Rimba, Pratiwi Sudarmono, astronot wanita pertama Indonesia, hingga jurnalis berita televisi, Najwa Shihab.[87][88]
Tulus melakukan debut akting dalam serial web Ini Perjalananku yang dipersembahkan oleh Soyjoy. Dalam serial 4 episode tersebut, Tulus menarasikan perjalanan karier di dunia musik serta perjalanannya dalam menjalani pola makan dan gaya hidup ke arah lebih baik.[89] Episode pertama serial tersebut diunggah di kanal YouTube pada 27 November 2017 dan berakhir pada 22 Desember 2017.[90][91] Tulus mengaku bahwa ia belum ada ketertarikan untuk terjun ke dunia akting lebih jauh.[92] Ia beberapa kali mendapat tawaran untuk berakting tetapi ia tolak. Tulus menyadari kapasitasnya bahwa ia kurang berbakat di bidang seni peran.[93]
Mengulang kesuksesan album Gajah di Anugerah Musik Indonesia, Monokrom berhasil menerima 5 penghargaan. Dalam Anugerah Musik Indonesia 2016, "Pamit" berhasil membawanya meraih penghargaan sebagai Artis Solo Pop Pria Terbaik, dilanjutkan dengan 4 penghargaan dari Anugerah Musik Indonesia 2017 sebagai Album Terbaik Terbaik dan Album Soul/R&B/Urban Terbaik, serta Karya Produksi Terbaik dan Artis Pria/Wanita Soul/R&B/Urban Terbaik untuk lagu "Monokrom".[16]
Dalam upacara pembukaan Asian Games 2018, Tulus dipercaya untuk memimpin menyanyikan lagu "Indonesia Raya" yang digelar di Gelora Bung Karno, Jakarta.[94] Kemudian dalam perhelatan Asian Para Games 2018, lagu "Manusia Kuat" dari album Monokrom terpilih sebagai salah satu lagu tema resminya.[95]
Bekerja sama dengan Shiraz Project serta Wardah, Tulus menggelar konser mini perdananya di Malaysia pada 18 September 2018 yang digelar di Istana Budaya, Kuala Lumpur. Sebanyak 1400 tiket terjual habis dalam pertunjukan tersebut. Tulus mempersembahkan 15 nomor lagu dalam konser tersebut dengan durasi dua jam.[96]
2019: Konser Monokrom dan Tur Sewindu
Atas respon positif atas album ketiganya, Monokrom yang didengarkan 177.375.345 kali melalui media digital streaming. Tulus menggelar konser tunggal Monokrom di Bandung pada 20 November 2018–dua tahun setelah album Monokrom dirilis.[97] Konser tersebut berhasil menjual sebanyak 3.400 tiket dengan dua tahap yang berbeda, tahap pertama tiket terjual dalam hitungan waktu 4 jam dan penjualan tiket kedua terjual dalam waktu satu jam.[98] Setelah menggelar konser di Bandung, Tulus melanjutkan konser tunggal Monokrom di Jakarta pada 6 Februari 2019 di Istora Senayan, Jakarta. Tulus bekerja sama dengan Rajawali Indonesia selaku promotor serta Melon Indonesia untuk tiket.[99] Sebanyak 4.500 tiket dijual melalui platform daring dam terjual habis dalam waktu tiga jam dan mencetak rekor penjualan tiket konser tercepat yang pernah diselenggarakan Rajawali Indonesia.[100] Tulus melibatkan lebih dari 100 pemusik dan menghadirkan atraksi visual dari Pappermoon Puppet Theatre dalam konsernya. Tulus membawakan 25 lagu yang dibawakan dengan aransemen berbeda dalam durasi 2 jam 15 menit.[101]
Setelah kesuksesan konser Monokrom di Jakarta yang dihadiri oleh 6000 penonton, TulusCompany sebagai label rekaman yang juga bertindak sebagai ko-promotor pada konser tersebut kemudian memutuskan untuk merilis album berisi 21 nomor lagu yang direkam langsung saat konser berlangsung bertajuk Tulus: Langsung Dari Konser Monokrom Jakarta yang dirilis dalam bentuk digital pada 5 April 2019–2 bulan setelah konser tersebut diadakan. Tulus bersama Ari Renaldi selaku sutradara musik, menyusun komposisi nomor lagu yang dinamis dari ketiga album Tulus untuk dirangkai dan diwujudkan dalam album digital dengan durasi 1 jam dan 38 menit.[102][103] Album ini kemudian dirilis dalam bentuk CD yang berisi dua cakram padat yang dirilis pada 10 Juni 2020.[104]
Refleksi 8 tahun perjalanan berkarier, Tulus menggelar Tur Sewindu. Judul tur ini diambil dari lagu "Sewindu" dari album Tulus. Tur Sewindu pertama kali digelar pada bulan September 2019 karena kali pertama Tulus menyanyi pada September 2011 di Bandung. Tur ini digelar di lima kota di Indonesia, dimulai dari Malang (24 September 2019), Yogyakarta (26 September 2019), Solo (18 Oktober 2019), Makassar (25 Oktober 2019), dan festival di Jakarta (1 November 2019).[105][106] Setelah tur di 4 kota, Tulus menutup rangkaian tur tersebut dengan menggelar Festival Sewindu di Istora Senayan, Jakarta. Festival tersebut juga menghadirkan sejumlah musisi yang merupakan mitra bermusik Tulus di antaranya Kunto Aji, Andien, RAN, Glenn Fredly, Yovie Widianto, Petra Sihombing, dan Project Pop.[107] Tulus tampil di segmen terakhir selama 2 jam dengan membawakan 21 nomor lagu. Festival tersebut dihadiri sebanyak.500 penonton.[108][109]
2021: Konser Terlalu Sendiri
Tulus menggelar konser perayaan sepuluh tahun dirinya berkarya bertajuk Konser Terlalu Sendiri . Konser Terlalu Rindu adalah rangkaian pertunjukan oleh Tulus yang akan menampilkan tiga konser virtual dari tiga album studio yang telah dihasilkan olehnya selama sedekade. Konser tersebut digelar secara virtual akibat dampak dari pandemi Covid-19. Konser dimulai pada 14 September pukul 19.00 WIB untuk sesi album pertama Tulus. Kemudian sesi kedua untuk album Gajah yang berlangsung pada pekan berikutnya, 21 September 2021. Diakhiri sesi untuk album Monokrom pada Selasa 28 September 2021. Konser tersebut berhasil menjual lebih dari 12 ribu tiket.[110][111]
2022: Manusia
Merayakan perjalanan sepuluh tahun kiprah sebagai solois di industri musik Indonesia, Tulus merilis album studio keempatnya, Manusia pada 3 Maret 2022.[17] “Manusia” digunakan sebagai judul album dikarenakan setiap lagu di dalam album tersebut menceritakan tentang beragam rasa dan dinamika hidup manusia.[112] Tulus mengusung 10 trek lagu yang merupakan representasi 10 tahun Tulus berkarya di industri musik.[113]
Tulus merampungkan album tersebut selama dua tahun yang dikerjakan sejak datangnya pandemi Covid-19 di Indonesia. Dibandingkan dengan album-album sebelumnya, Tulus mengatakan album Manusia mengalami banyak perkembangan antara lain dari sisi penulisan lagu, aransemen, serta musisi yang terlibat. Lewat album ini, Tulus menghadirkan olah kata dalam lirik yang semakin matang sekaligus mengedepankan keeleganan Bahasa Indonesia.[114][115] Tulus juga menulis lagu dengan kolaborasi bersama Dere, Petra Sihombing, Topan Abimanyu, dan Yoseph Sitompul. Beberapa nomor lagu dalam album, dipadukan dengan orkestrasa dari Erwin Gutawa yang direkam di Budapest Scoring Symphonic Orchestra, Hungaria, serta iringan paduan suara.[116][117]
Manusia dirilis dalam bentuk digital dan fisik berupa CD. Tulus juga menghadirkan bokset 10 tahun berkarya untuk album Manusia yang berisi 3 album studio Tulus terdahulu serta 1 album dokumentasi konser. Tulus juga menandatangani langsung 100 cetakan pertama bokset tersebut.[118] Pasca perilisan album tersebut menduduki posisi ketiga tangga musik "Top Albums Debut Global" di Spotify per tanggal 4-6 Maret 2022.[119] Album ini juga menempati posisi teratas sebagai album yang paling banyak didengarkan di Spotify Indonesia pada tahun 2022.[26][120]
Trek kedelapan album Manusia, lagu "Hati-Hati di Jalan" berhasil memecahkan berbagai rekor tangga lagu platform musik digital. Lagu tersebut berhasil masuk ke tiga tangga lagu Billboard yaitu "Billboard Indonesia Songs", "Billboard Global 200" dan "Billboard Global Excl. US". Tulus merupakan musisi Indonesia dengan lagu berlirik bahasa Indonesia pertama yang tembus "Billboard Global 200".[19][121] "Hati-Hati di Jalan" memuncaki tangga lagu "Indonesia Songs" selama dua belas pekan berturut-turut. Di platform digital musik Spotify, "Hati-Hati di Jalan" berhasil mempertahankan posisinya di peringkat satu selama 12 minggu berturut-turut sejak 4 Maret 2022.[122] "Hati-Hati di Jalan" juga berhasil masuk ke tangga lagu global menempati posisi ke-42. Ini menjadi lagu berbahasa Indonesia pertama yang berhasil masuk tangga musik "Top 50 Spotify Global".[123]
Dalan Anugerah Musik Indonesia 2022, Manusia memenangkan 7 penghargaan dengan 4 hak piala untuk Tulus yaitu Album Pop Terbaik dan Album Terbaik Terbaik, serta Artis Solo Pria Pop Terbaik dan Karya Produksi Terbaik-Terbaik-Terbaik untuk lagu "Hati-Hati di Jalan".[124][125].
2023: Tur Manusia
Tulus mempersembahkan tur keduanya, Tur Manusia sebagai bentuk apresiasi terhadap para pendengar atas capaian album Manusia sebagai album yang paling sering didengarkan di Indonesia. Tur tersebut dipromotori oleh PT. Expo Indonesia Jaya (ExpoIndo) serta digelar di 11 kota mempresentasikan 11 tahun Tulus berkarya.[126][127] Pra-penjualan tiket untuk Tur Manusia dimulai sehari setelah pengumuman konser tur, yakni 29 Desember 2022. Penjualan tiket prajual mendapatkan respon positif dengan habis terjual pada hari tersebut.[128] Tur tersebut dibuka di kota Medan pada 1 Februari 2023,[129] dan ditutup di Jakarta pada 3 Maret 2023.[130] Untuk tur penutup tersebut digelar di JIExpo Kemayoran. Sebanyak 13 ribu tiket konser Tulus di Jakarta habis terjual.[131]
Keartisan
Suara dan pengaruh
Tulus memiliki jenis suara bariton[132] dengan karakter vokal yang jazzy dan halus.[133][134]
Tulus menyatakan bahwa Chrisye adalah inspirasi terbesarnya dalam bermusik. Karya musiknya dipengaruhi oleh apa yang telah dihadirkan oleh Chrisye. Ia pun punya mimpi untuk meraih level kesuksesan seperti Chrisye.[135]
Gaya dan penulisan lagu
Tulus menciptakan hampir semua karya yang dirilisnya. Tidak semua inspirasi lagu berasal dari pengalaman pribadi. Tulus menulis dari apa yang ia lihat, dengar dan rasakan. Tiap tahun ketertarikan Tulus untuk membingkai cerita di lagu-lagunya berubah-ubah. Lagu ciptaannya pun memiliki sudut pandang dan analogi unik.[4]
Tulus mengaku bahwa ia selalu produktif dalam menulis lagu kapan pun dan di mana pun ia menemukan hal yang menarik. Ia tidak pernah menargetkan dan meluangkan waktu khusus dalam menulis lagu, maupun tidak pernah menargetkan kapan satu lagu harus selesai.[136]
Dalam menciptakan lagu, Tulus terlebih dahulu menulis lirik. Setelah itu, lirik tersebut dimelodikan sampai akhirnya menjadi lagu. Begitu pula dengan judul, biasanya judul didapatkan setelah proses mixing.[137] Tulus mengaku bahwa ia bukan ahli dalam penguasaan teknik eksplorasi dalam konteks berbahasa, menurutnya setiap kali membuat lagu hasil dari olah sensitifitas pikiran yang kemudian menghasilkan ide. Berawal dari satu ide, dari satu kalimat, kemudian dikembangkan menjadi satu bentuk cerita hingga dipersingkat menjadi lirik.[138][139] Tulus tidak bisa memainkan instrumen musik. Dalam penciptaan melodi, Tulus mengandalkan imajinasi dari "bank nada" yang berasal dari memori kolektif ada di otaknya yang ia dapat sejak kecil karena terbiasa mendengar banyak lagu. Setelah menemukan melodi yang tepat, Tulus merekamnya di gawai.[140][141] Dalam hal aransemen musik, Tulus menyerahkan terhadap produsernya, Ari Renaldi yang mampu memainkan alat musik.[134] Tulus menerjemahkan lirik menjadi sebuah komposisi musik adalah dengan cara memberi deskripsi suasana terhadap produsernya.[52]
Tulus dikenal dengan citra sebagai penulis lagu berlirik bahasa Indonesia yang baik dan menarik. Ia konsisten merilis lagu berbahasa Indonesia. Lagu-lagu Tulus dikenal dengan diksi yang tak biasa serta puitis. Untuk mendapatkan kosakata dan padanan, ia menggunakan Kamus Besar Bahasa Indonesia.[142] Ia memiliki alasan tersendiri yang melatarbelakangi keputusannya untuk konsisten menulis lagu dalam bahasa Indonesia. Ketika Tulus mencoba mempelajari menulis lirik dalam bahasa Indonesia, ia kerap menemukan kata-kata baru yang sebelumnya belum pernah ia dengar tetapi bisa menyentuh hatinya.[143] Ia juga punya satu keyakinan bahwa bahasa Indonesia memiliki daya tarik audial yang begitu indah. Bahasa Indonesia memiliki banyak rima dan kata yang bisa menghasilkan rima yang maknanya selaras.[136]
Tulus juga mengaku bahwa kata-kata dalam lagunya dipengaruhi budaya Minangkabau. Ia tumbuh besar di lingkungan yang dekat dengan bahasa Melayu. Penggunaan bahasa di kota asalnya merupakan akulturasi dari bahasa daerah Minangkabau dan bahasa Indonesia. Bahasa Minangkabau terdengar lebih puitis saat diaplikasikan ke bahasa Indonesia seperti kata "sewindu" pada lagunya yang berjudul Sewindu merupakan kata yang lazim digunakan dalam bahasa sehari-hari masyarakat Bukittinggi.[144]
Sebagai lulusan jurusan arsitektur, Tulus pun mengadopsi ilmu arsitek dalam karya musik. Semasa kuliah Tulus mempelajari tiga nilai dasar dalam ilmu arsitektur di antaranya adalah struktur, fungsi, dan keindahan, yang juga ia terapkan di dunia musik.[145][146] Menurutnya musik harus memiliki struktur. Apabila musik tidak berstruktur, musik tidak bisa didefinisikan. Hal Itu pula alasannya adanya genre dan detail. Kemudian musik harus punya nilai guna untuk penikmat, jika musik dibuat seindah mungkin tapi tidak mendapatkan apresiasi, musik tersebut tidak selesai. Begitu pula musik juga harus memiliki keindahan.[52] Sang kakak, Riri juga mengatakan bahwa Tulus menulis lagu dengan konsep rasio emas–istilah yang digunakan oleh arsitek. Sehingga para pendengar lagu Tulus dibuat seolah masuk dalam ruangan sebenarnya. Secara tidak sengaja ilmu arsitektur yang terkonsep di memori kolektif yang ada di otak Tulus muncul ketika menciptakan karya musik.[44]
Citra publik
Tulus memiliki ciri khas dalam berbusana, ia kerap tampil dengan busana berwarna gelap terutama hitam. Warna hitam adalah salah satu warna favoritnya. Tulus menilai warna hitam melambangkan kesederhanaan dan tidak merusak esensi siapapun yang mengenakannya.[147] Tulus mendeskripsikan gaya fesyennya yaitu nyaman, esensial, konvensional, dan lugas. Benang merah konsep dari gaya fesyen Tulus adalah menghasilkan padu padan pakaian yang bisa mewakili kepribadianya dan nyaman pada saat bernyanyi.[148]
Aktivitas lain
Filantropi dan aktivisme
Selain membangun karier di dunia hiburan, Tulus juga menaruh perhatian pada isu sosial, lingkungan dan pendidikan. Tulus, Giring Ganesha serta Tatjana Saphira mendukung kampanye melawan perundungan verbal berupa penindasan yang dilakukan dengan memberi nama julukan kepada seseorang dalam kampanye #Rayakannamamu yang digelar Coca-Cola Indonesia pada 13 Januari 2016.[149][150]
Pada malam puncak Anugerah Musik Indonesia 2015, Tulus mendapat penghargaan untuk Album Terbaik-Terbaik lewat albumnya berjudul Gajah, tetapi di saat bersamaan, ia juga mendapatkan kabar buruk bahwa Yongki, gajah yang membantunya dalam video musik lagu "Gajah" ternyata meninggal akibat diambil gadingnya. Karena hal ini akhirnya Tulus berinisiatif untuk bekerjasama dengan organisasi WWF Indonesia untuk menginisiasi kampanye "Jangan Bunuh Gajah” sejak Februari 2016. Gerakan sosial Tulus di antaranya dengan memberikan penyuluhan kepada para siswa sekolah dasar tentang pentingnya melestarikan lingkungan, termasuk menjaga kelestarian hewan yang terancam punah. Kemudian gerakan tersebut juga melakukan pengadaan kalung sistem pemosisi global khusus gajah untuk mengetahui posisi gajah melalui penggalangan donasi dari hasil penjual merchandise di situs resmi milik Tulus.[151][152] Selanjutnya pada 19 Oktober 2017, Tulus mengadakan program "Teman Gajah" yang merupakan program lanjutan dari "Jangan Bunuh Gajah" yang sudah ia selenggarakan setahun sebelumnya.[153][154] "Teman Gajah" adalah hasil kolaborasi Tulus dengan WWF Indonesia dan Kitabisa.com. Melalui "Jangan Bunuh Gajah", Tulus berhasil menjual ratusan merchandise yang hasilnya digunakan untuk membeli sebuah kalung GPS. Sedangkan dalam "Teman Gajah" ia menggaet portal penggalangan dana digital yaitu KitaBisa.com untuk mengumpulkan dana secara daring supaya dapat membeli lebih banyak kalung sistem pemosisi global. Selain melalui Kitabisa.com, kampanye "Teman Gajah" juga dibantu oleh 20 sekolah dasar yang berada di area Jakarta. Tulus juga mengajak anak-anak SMP, SMA, hingga perguruan tinggi untuk mengikuti kampanye ini.[155] Dalam kampanye ini, Tulus menggalang dana dengan target Rp1 miliar guna membeli 20 kalung sistem pemosisi global gajah, yang didatangkan dari Afrika dengan harga per kalung senilai 40-50 juta rupiah.[156] Dalam hari gajah sedunia pada 12 Agustus 2022, Tulus memberikan kalung sistem pemosisi global hasil donasi dari kampanye "Teman Gajah" untuk dipasangkan kepada ketua kelompok gajah yang hidup bebas di hutan Sumatera.[157]
Tulus juga menaruh kepedulian di bidang pendidikan. Bersama sahabat-sahabatnya, ia menggagas sebuah program bernama "Bantu Guru Belajar Lagi" pada Mei 2017. Dalam program ini, Tulus menggalang donasi dan dana yang terkumpul dialokasikan untuk pengadaan program pelatihan terhadap guru.[158][159] Program pertama dari kampanye tersebut adalah memberi pembekalan kepada 50 guru di tiga sekolah dasar di kawasan Sumur Batu, Bantar Gebang, Bekasi.[160][161] Donasi tersebut digalang melalui Kitabisa.com. Adapun untuk mengumpulkan dana, sebuah pameran karya ilustrasi dan fotografi dari Rukhmunal Hakim serta Rendha Rais digelar dari 19 hingga 29 Juli 2017 di Jakarta Creative Hub.[162] Setelah berjalan selama beberapa bulan, donasi terkumpul sebesar 220 juta rupiah, yang kemudian diserahkan kepada Yayasan Guru Belajar untuk pelaksanaan pelatihan dan pendampingan tahun pertama.[163]
Dalam rangka mengkampanyekan gerakan pengurangan sampah plastik, pada Hari Bumi tahun 2019 Tulus terlibat langsung dalam sebuah pameran peduli sampah plastik bertajuk "Laut Kita" yang diusung oleh salah satu merek fesyen, Sejauh Mata Memandang milik Chitra Subyakto. Ia juga berkontribusi membuat lagu khusus sebagai suara latar dalam salah satu sudut ruangan pameran.[164][165][166]
Untuk membantu para terdampak Covid-19, Tulus bersama Erwin Gutawa mengadakan konser "Orkestra di Rumah". Konser tersebut dilakukan pada 19 April 2020 serta menghadirkan 50 musisi orkestra dari rumah masing-masing yang ditayangkan secara daring.Penggalangan dana dibuka sejak konser digelar hingga 22 April 2020. Donasi tersebut berhasil mengumpulkan dana ratusan juta untuk disumbangkan kepada tenaga medis dan masyarakat yang terkena dampak penyebaran virus corona di Indonesia.[167][168]
Duta
Untuk memperingati hubungan diplomatik Indonesia-Jepang ke 60 tahun, Tulus didapuk oleh Duta Besar Jepang Untuk Indonesia Masafumi Ishii sebagai salah satu Duta Persahabatan Indonesia-Jepang pada malam penutupan Jak-Japan Matsuri Festival pada 10 September 2017.[169] Dalam Festival Persahabatan Indonesia-Jepang tersebut, Tulus mendapatkan kesempatan untuk konser mini membawakan 11 lagu termasuk lagu berbahasa Jepang miliknya, "Kutsu".[170][171]
Aktivitas komersial
Tulus pertama kalinya dipercaya sebagai duta merek pada tahun 2014 oleh produk kosmetik, Wardah.[172] Tulus merupakan duta merek laki-laki pertama untuk produk tersebut.[173] Tulus dipilih sebagai duta karena talenta vokal yang bagus dan kekuatan lirik lagu Tulus yang memberikan pesan-pesan inspiratif. Selain itu, Tulus dinilai memiliki kepribadian yang inspiratif dan keunikan bernilai positif.[174] Tulus dan Wardah bekerja sama dalam beberapa proyek kreatif, seperti "Tulus Goes to Europe", pembuatan video musik "Gajah" dan video musik "Baru" yang dibintangi oleh duta merek Wardah lainnya, Tatjana Saphira.[175]
Selama kuartal ketiga tahun 2014 hingga kuartal kedua tahun 2015, Hewlett-Packard Indonesia meluncurkan kampanye #BendTheRules dengan menunjuk Tulus sebagai duta merek.[176] Untuk mempromosikan program kampanye tersebut, Tulus menciptakan lagu berdurasi 60 detik yang menjadi tema sebagai bentuk dukungannya.[177]
Pada Juli 2015, Tulus dan grup musik RAN berkolaborasi untuk kedua kalinya menciptakan sekaligus membawakan lagu berjudul "Para Pemenang". Kolaborasi tersebut merupakan bagian dari kampanye produk Listerine, "Tantangan 21 Hari Listerine: Menuju Kemenangan".[178]
Tahun 2017 merupakan awal kerjasama Tulus sebagai duta merek Soyjoy. Sebuah serial bertajuk Ini Perjalananku yang terdiri dari 4 episode dan dirilis di kanal YouTube Soyjoy Indonesia. Puncak dari serial ini adalah digelarnya konser intim bertajuk Ini Perjalananku di Upper Room, Jakarta pada 27 Januari 2018.[179][180] Di akhir tahun 2018, bersama Soyjoy Indonesia, Tulus merilis lagu berbahasa Jepang keduanya berjudul "Natsu Wa Kinu" yang merupakan daur ulang dari lagu legendaris di Jepang.[181][182]
Pada Maret 2018, Vivo Indonesia memperkenalkan Maudy Ayunda dan Tulus sebagai salah satu duta merek.
0 komentar:
Posting Komentar